Xabi Alonso Akan Bawa Madrid Menang di Anfield. Jelang duel Liga Champions fase liga di Anfield pada 4 November 2025, Xabi Alonso, pelatih Real Madrid, yakin bisa bawa timnya pulang dengan kemenangan atas Liverpool. Mantan gelandang Los Blancos yang kini kemudikan Bianconeri sejak musim panas lalu, Alonso sebut pertandingan ini seperti “El Clasico Eropa”—penuh emosi tapi juga peluang besar. Dengan rekor Madrid yang solid—enam poin dari tiga laga UCL—dan Liverpool yang haus balas dendam setelah kekalahan tipis di Bernabéu, laga ini jadi ujian taktik Alonso. Ia tease lineup mirip yang sapu Barcelona di El Clasico akhir pekan, tapi tanpa dua starter di sisi kanan karena cedera. Kembalinya Alonso ke Anfield, stadion yang ia kenal betul sebagai mantan The Reds, tambah bumbu: bukan sebagai musuh, tapi pemimpin yang siap taklukkan mantan rumah. Di tengah sorotan global, prediksi Alonso bawa Madrid menang tipis 2-1 terasa masuk akal, asal eksekusi sempurna. REVIEW KOMIK
Kembalinya Alonso ke Anfield: Nostalgia dan Tantangan: Xabi Alonso Akan Bawa Madrid Menang di Anfield
Xabi Alonso tak asing dengan Anfield. Sebagai gelandang Liverpool dari 2004-2009, ia catat 210 laga, termasuk gol ikonik di final Liga Champions 2005 lawan Milan. Kini, di usia 44 tahun, ia kembali sebagai pelatih Madrid—posisi yang ia ambil setelah sukses di tim Jerman musim lalu. Konferensi pers Senin kemarin penuh nostalgia: “Anfield selalu spesial, tapi sekarang saya di sini untuk menang.” Ia sebut atmosfer 55 ribu fans The Kop sebagai “tantangan terbesar”, tapi justru motivasi—mirip saat ia bawa timnya kalahkan Barcelona 3-2 di El Clasico, di mana Madrid unggul penguasaan bola 58 persen meski tertinggal dulu.
Tantangan utama: absennya Franco Mastantuono dan bek kanan utama karena cedera ringan. Alonso rencanakan rotasi, mungkin geser Dani Carvajal ke tengah dan masukkan bek muda. Ini mirip strategi di UCL sebelumnya, di mana Madrid tak kalah tandang dari tim Inggris sejak 2023. Liverpool, di bawah Arne Slot, kuat kandang dengan rekor tak terkalahkan di enam laga terakhir, tapi Alonso yakin: “Mereka haus, tapi kami punya pengalaman.” Nostalgia ini tak bikin ia lengah; ia sudah pantau video laga terbaru The Reds, fokus potong suplai ke Mohamed Salah yang haus gol.
Strategi Taktis Alonso: Serang Pintar, Bela Solid: Xabi Alonso Akan Bawa Madrid Menang di Anfield
Alonso tak rahasiakan rencana: formasi 4-3-3 fleksibel yang manfaatkan transisi cepat, mirip suksesnya di El Clasico. “Kami akan kuasai bola 55 persen, tapi siap counter jika mereka tekan,” ujarnya. Fokus utama: pressing tinggi untuk ganggu build-up Liverpool dari belakang, terutama Virgil van Dijk yang lambat rotasi. Di laga sebelumnya UCL, Madrid cetak empat gol dari transisi, dan Alonso ingin ulangi itu—dengan Kylian Mbappé sebagai ujung tombak, ditopang Vinicius Junior di sayap kiri yang kecepatannya sulit dihentikan Trent Alexander-Arnold.
Bela solid jadi kunci; Alonso waspadai set-piece Liverpool yang akurat 80 persen musim ini. Ia rencanakan zonal marking dengan Eder Militao sebagai anchor, plus rotasi cepat di midfield oleh Toni Kroos dan Federico Valverde. Tanpa starter kanan, ia pilih wing-back muda untuk beri lebar, eksploitasi celah di pertahanan Slot yang kadang longgar babak kedua. Strategi ini terbukti: Madrid tak kebobolan di dua laga tandang terakhir UCL. Alonso juga bicara Wirtz, mantan anak asuhnya yang kini di Liverpool: “Florian spesial, tapi kami siap hadapi.” Ini taktik psikologis—akui kekuatan lawan, tapi tunjukkan keyakinan.
Pemain Kunci Madrid dan Duel Pribadi di Lapangan
Kylian Mbappé jadi senjata utama Alonso: striker Prancis ini haus gol UCL, dengan empat tembakan tepat sasaran rata-rata per laga. Di Anfield, ia bisa eksploitasi kecepatan lawan Andy Robertson yang cedera ringan. Vinicius Junior, yang cetak brace di El Clasico, siap duel dengan Alexander-Arnold—duo ini punya sejarah panas, tapi Alonso yakin Vinicius matang: “Ia tak lagi emosional; sekarang ia finisher.” Di midfield, Jude Bellingham beri energi, dengan rata-rata 2,5 tackle per laga yang bantu tutup ruang untuk Salah.
Duel pribadi tambah api: Alexander-Arnold, mantan rekan Alonso di Liverpool, kini lawan. Alonso puji: “Trent brilian, tapi kami punya rencana.” Ini bisa jadi momen emosional, tapi Alonso tekankan disiplin—tak ada kartu merah seperti musim lalu. Pemain lain seperti Rodrygo siap dari bangku, beri opsi rotasi. Dengan skuad Madrid yang finis juara La Liga musim lalu, Alonso punya alat untuk menang: bukan talenta mentah, tapi eksekusi dingin di bawah tekanan Anfield.
Kesimpulan
Keyakinan Xabi Alonso bawa Real Madrid menang di Anfield adalah campuran nostalgia, taktik cerdas, dan keyakinan pada skuad elite. Dari kembalinya ke stadion lama hingga strategi pressing tinggi dan pemain kunci seperti Mbappé-Vinicius, laga 4 November ini bisa jadi malam bersejarah. Liverpool kuat kandang, tapi pengalaman Alonso—dari gelar di Jerman hingga El Clasico—bikin prediksi 2-1 terasa dekat. Di Liga Champions yang tak kenal ampun, ini bukan janji kosong; ini visi pelatih yang paham Anfield lebih dari siapa pun. Saat peluit pertama berbunyi, dunia saksikan apakah Alonso ubah sejarah lagi—dari gelandang The Kop jadi algojo Madrid. Harapan fans: kemenangan ini awal dominasi baru, di malam yang penuh emosi dan gol indah.
