cara-thomas-tuchel-selesaikan-masalahnya-jelang-pildun

Cara Thomas Tuchel Selesaikan Masalahnya Jelang Pildun

Cara Thomas Tuchel Selesaikan Masalahnya Jelang Pildun. Thomas Tuchel berhasil membawa tim nasional Inggris menyelesaikan kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan sempurna: delapan kemenangan dari delapan laga, tanpa kebobolan satu gol pun. Prestasi ini jadi modal kuat jelang turnamen di Amerika Utara tahun depan. Tapi, di balik catatan apik itu, Tuchel menghadapi sejumlah masalah klasik timnas Inggris: persaingan ketat di posisi kunci, ego pemain bintang, risiko cedera, serta adaptasi dengan cuaca panas dan jadwal padat. Pelatih asal Jerman ini tak tinggal diam. Dengan pendekatan tegas dan taktis, ia mulai menerapkan solusi-solusi cerdas untuk memastikan The Three Lions tak lagi pulang lebih awal seperti turnamen-turnamen sebelumnya. BERITA BASKET

Membangun Mental Kolektif dan Disiplin Tinggi: Cara Thomas Tuchel Selesaikan Masalahnya Jelang Pildun

Salah satu masalah terbesar Tuchel adalah mengelola ego para bintang yang terbiasa jadi pusat perhatian di klub masing-masing. Beberapa pemain kecewa saat dicadangkan atau diganti lebih awal, tapi Tuchel langsung tegas: kemarahan boleh ada, asal disalurkan jadi energi positif di bangku cadangan. Ia ingin menciptakan “brotherhood” seperti saat memenangkan Liga Champions bersama klub lamanya. Pemain yang tidak starter harus tetap berdiri dan mendukung rekan setimnya. Pendekatan ini sudah terbukti saat kualifikasi, di mana kontribusi pengganti sering jadi penentu kemenangan. Tuchel juga tak segan bicara langsung dengan pemain yang perilakunya kurang tepat, baik di lapangan maupun di luar. Baginya, disiplin dan rasa hormat adalah kunci utama. Hasilnya, skuad Inggris kini terlihat lebih kompak dan siap berkorban demi tim, bukan individu.

Menyelesaikan Perebutan Posisi Nomor 10 dan Lini Serang: Cara Thomas Tuchel Selesaikan Masalahnya Jelang Pildun

Persaingan di posisi playmaker atau nomor 10 jadi dilema besar. Ada begitu banyak talenta kelas dunia yang berebut satu-dua slot: Jude Bellingham, Phil Foden, Cole Palmer, Eberechi Eze, hingga Morgan Rogers yang tampil mengejutkan. Tuchel sadar, memaksakan semua bintang ini main bareng justru bikin tim kehilangan keseimbangan. Ia memilih formasi 4-2-3-1 yang fleksibel, di mana hanya satu atau dua nomor 10 sejati yang dipasang sebagai starter. Sisanya jadi senjata super-sub yang bisa ubah jalannya pertandingan. Rogers, misalnya, dipertahankan sebagai starter meski Bellingham dan Foden sudah kembali fit, karena penampilannya lebih sesuai sistem. Tuchel juga tak ragu rotasi besar tiap laga untuk menguji kombinasi. Strategi ini membuat kedalaman skuad jadi kekuatan, terutama di turnamen dengan jadwal padat dan cuaca panas yang bakal menguras stamina.

Memperkuat Lini Belakang dan Mengatasi Masalah Full-Back

Lini belakang Inggris sering jadi titik lemah di turnamen besar, tapi Tuchel berhasil membuatnya kokoh sepanjang kualifikasi. Tak kebobolan satu gol pun bukan kebetulan. Ia fokus pada duet bek tengah yang cepat dan pintar membaca permainan, seperti John Stones dengan Marc Guehi atau Ezri Konsa. Untuk posisi full-back yang rawan cedera, Tuchel tak lagi bergantung satu nama saja. Ia memanggil pemain muda potensial dan beri menit bermain, seperti Jarell Quansah yang langsung debut impresif. Di sisi kiri dan kanan, opsi semakin banyak dengan pemain serba bisa yang bisa menyerang sekaligus bertahan. Tuchel juga tekankan disiplin taktikal: hindari kartu merah bodoh yang bisa bikin suspensi di fase awal Piala Dunia. Instruksi jelas: kalau situasi last man dan ada risiko kartu merah, lebih baik biarkan lawan lolos daripada kehilangan pemain kunci. Pendekatan pragmatis ini membuat pertahanan Inggris kini terlihat solid dan sulit ditembus.

Kesimpulan

Thomas Tuchel membuktikan bahwa masalah-masalah klasik timnas Inggris bisa diselesaikan dengan keputusan tegas, rotasi cerdas, dan penekanan pada kolektivitas. Dari delapan laga tak terkalahkan tanpa kebobolan, terlihat jelas bahwa pendekatannya mulai berbuah. Kini, dengan drawing grup pada Desember mendatang dan dua pemusatan lagi di Maret serta Juni, Tuchel punya waktu cukup untuk memoles detail terakhir. Jika mental juara terus dibangun dan keseimbangan tim terjaga, Inggris punya peluang besar akhiri penantian trofi Piala Dunia yang sudah puluhan tahun. Yang pasti, di bawah Tuchel, The Three Lions tak lagi tim yang hanya andalkan nama besar, tapi skuad yang benar-benar siap bertarung sampai akhir.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *