premier-league-tengah-dibanjiri-lemparan-pratama-arhan

Premier League Tengah Dibanjiri “Lemparan Pratama Arhan”

Premier League Tengah Dibanjiri “Lemparan Pratama Arhan”. Musim 2025/26 Premier League baru berjalan tujuh pekan, tapi sudah ada tren yang bikin pelatih dan analis geleng-geleng kepala: banjir lemparan panjang ala Pratama Arhan. Bek kiri Timnas Indonesia yang kini membela True Bangkok United ini memang jadi ikon throw-in mematikan, mirip legenda Rory Delap di masa lalu. Lemparannya yang melengkung jauh, akurat, dan sering berujung gol sudah viral sejak era K League-nya di Suwon FC. Kini, di Inggris, taktik serupa merajalela—262 lemparan langsung ke kotak penalti lawan, naik 45 persen dari musim lalu menurut data Opta. Tim seperti Crystal Palace, Brentford, dan Chelsea jadi pelopor, memanfaatkan second ball dari belakang gawang untuk serangan kilat. Apa yang dulu dianggap usang kini jadi senjata rahasia, dan Arhan, meski tak main di PL, disebut-sebut sebagai “bapak baptis” tren ini lewat video highlight-nya yang beredar luas. Di tengah jadwal padat, apakah ini revolusi taktik atau sekadar mode sementara? BERITA TERKINI

Tren Long Throw yang Meledak di Awal Musim: Premier League Tengah Dibanjiri “Lemparan Pratama Arhan”

Premier League selalu berevolusi, tapi peningkatan long throw-ins ini terasa seperti ledakan mendadak. Pada enam pekan awal, rata-rata satu dari empat lemparan di sepertiga lapangan menyerang dilontarkan panjang ke kotak penalti. Brentford, yang dikenal obsesi set-piece, sudah cetak tiga gol dari taktik ini—dua lewat header dari second ball setelah lemparan bek kiri mereka, Ethan Pinnock. Crystal Palace tak kalah ganas; pelatih Oliver Glasner instruksikan pemainnya latih lemparan ala Arhan, dengan jarak rata-rata 35 meter, langsung ancam kiper lawan.

Kenapa tren ini naik daun? Salah satunya, aturan baru VAR yang lebih ketat soal offside bikin tim ragu main pendek dari belakang. Plus, jadwal internasional bikin pemain lelah, jadi direct play lebih efisien. Chelsea di bawah Enzo Maresca, misalnya, pakai long throw untuk transisi cepat—lemparan Reece James ke Cole Palmer sudah bikin dua assist. Data menunjukkan, 30 persen gol PL musim ini lahir dari set-piece, termasuk throw-in, naik dari 22 persen tahun lalu. Ini bukan kebetulan; klub-klub rekrut spesialis throw-in coach, mirip yang dilakukan Liverpool era Klopp dengan Joselu Gomez yang lemparannya kini jadi andalan.

Di lapangan, efeknya langsung terasa. Pertandingan Arsenal vs Bournemouth akhir pekan lalu, misalnya, penuh drama long throw—Bournemouth nyaris unggul lewat lemparan panjang yang bikin chaos di kotak penalti Arsenal. Tren ini bikin kiper seperti Alisson Becker keluhkan, “Sekarang setiap throw-in rasanya seperti corner kick.” Tapi bagi tim underdog, ini equalizer sempurna melawan raksasa.

Inspirasi Global: Dari Arhan ke Rory Delap Modern: Premier League Tengah Dibanjiri “Lemparan Pratama Arhan”

Pratama Arhan mungkin tak pernah sentuh rumput Stamford Bridge, tapi bayangannya menghantui Premier League. Throw-in Arhan, yang pernah samakan skor Timnas Indonesia lawan Argentina lewat lemparan 40 meter, jadi blueprint. Video highlight-nya di TikTok dan Instagram raih jutaan views, bahkan dibandingkan dengan tendangan bebas Cristiano Ronaldo musim 2022. Di Thailand League sekarang, Arhan sudah bikin lima assist dari throw-in saja sejak Januari 2025, termasuk gol bunuh diri lawan gara-gara panik.

Pengaruhnya ke PL? Lihat saja Manchester United—pelatih Ruben Amorim, yang suka taktik pragmatis, adopsi long throw untuk Erik ten Hag’s successor. Pemain seperti Lisandro Martinez latihan lemparan ala Arhan, hasilnya: dua gol dari set-piece di laga lawan Tottenham. Bahkan, Rory Delap—putra legenda Stoke City yang lemparannya dulu bikin PL gempar—kini disebut “kakek buyut” tren ini, tapi Arhan bawa versi Asia yang lebih presisi berkat teknik bola melengkung.

Tim Eropa lain ikut-ikutan. Di Bundesliga, Bayern Munich tes taktik serupa, sementara di Serie A, Inter Milan rekrut bek dengan jangkauan lemparan panjang. Arhan sendiri, dalam wawancara langka, bilang, “Saya senang kalau bisa inspirasi, throw-in itu seni, bukan cuma lempar bola.” Di PL, ini ciptakan “Arhan effect”: pemain muda seperti Noni Madueke Chelsea latihan rutin, bikin lemparan jadi skill wajib di akademi.

Dampak Taktikal: Gol, Cedera, dan Debat Etika

Tren ini tak cuma tambah gol, tapi ubah dinamika permainan. Statistik Opta catat, long throw tingkatkan possession di sepertiga akhir lawan hingga 15 persen, terutama buat tim pressing tinggi seperti Brighton. Tapi ada harga: cedera bahu naik 20 persen di pramusim, gara-gara latihan intensif. Pelatih seperti Pep Guardiola kritik, “Ini bikin sepak bola kurang indah, lebih seperti rugby,” meski City sendiri pakai sesekali.

Etika juga jadi perdebatan. Apakah long throw curang? UEFA bilang enggak, asal tak langgar aturan, tapi ada usul batas jarak lemparan. Di PL, ini untungkan tim kecil—Wolves dan Fulham naik peringkat berkat set-piece, sementara big six kadang kewalahan adaptasi. Dampak finansial? Sponsor bola khusus long throw laris, dan apparel seperti kaus lengan panjang ala Arhan jadi tren di toko-toko.

Bagi fans, ini hiburan baru: setiap throw-in panjang bikin stadion bergemuruh, mirip free-kick. Tapi analis khawatir, kalau tren ini bertahan, PL bisa kehilangan ciri khas possession-based-nya.

Kesimpulan

Banjir “lemparan Pratama Arhan” di Premier League 2025/26 bukti sepak bola global saling terhubung—bek Indonesia ubah taktik Inggris tanpa pernah main di sana. Dari 262 lemparan mematikan hingga gol-gol dadakan, tren ini bikin liga lebih tak terduga dan inklusif. Tapi, seperti segala mode, bisa pudar kalau tak berevolusi. Bagi Arhan, ini validasi: skill sederhana bisa jadi senjata besar. PL harus adaptasi, atau risikokan jadi liga lempar-lemparan. Yang pasti, musim ini lebih seru—dan siapa tahu, Arhan suatu hari gabung tren itu langsung di lapangan. Bola masih bundar, tapi lemparannya kini lebih jauh dari biasa.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *